A. Organ-Organ Pencernaan
Proses pencernaan merupakan suatu proses yang melibatkan
organ-organ pencernaan dan kelenjar-kelenjar pencernaan. Antara
proses dan organ-organ serta kelenjarnya merupakan kesatuan
sistem pencernaan. Sistem pencernaan berfungsi memecah bahan-
bahan makanan menjadi sari-sari makanan yang siap diserap dalam
tubuh.
Berdasarkan prosesnya, pencernaan makanan dapat dibedakan
menjadi dua macam seperti berikut.
1. Proses mekanis, yaitu pengunyahan oleh gigi dengan dibantu
lidah serta peremasan yang terjadi di lambung.
2. Proses kimiawi, yaitu pelarutan dan pemecahan makanan oleh
enzim-enzim pencernaan dengan mengubah makanan yang ber-
molekul besar menjadi molekul yang berukuran kecil.
Makanan mengalami proses pencernaan sejak makanan berada
di dalam mulut hingga proses pengeluaran sisa-sisa makanan hasil
pencernaan. Adapun proses pencernaan makanan meliputi hal-hal
berikut.
1. Ingesti: pemasukan makanan ke dalam tubuh melalui mulut.
2. Mastikasi: proses mengunyah makanan oleh gigi.
3. Deglutisi: proses menelan makanan di kerongkongan.
4. Digesti: pengubahan makanan menjadi molekul yang lebih
sederhana dengan bantuan enzim, terdapat di lambung.
5. Absorpsi: proses penyerapan, terjadi di usus halus.
6. Defekasi: pengeluaran sisa makanan yang sudah tidak berguna
untuk tubuh melalui anus.
Saat melakukan proses-proses pencernaan tersebut diperlukan
serangkaian alat-alat pencernaan sebagai berikut.
1. Mulut
Makanan pertama kali masuk ke dalam tubuh melalui mulut.
Makanan ini mulai dicerna secara mekanis dan kimiawi. Di dalam
mulut seperti Gambar 6.1, terdapat beberapa alat yang berperan
dalam proses pencernaan yaitu gigi, lidah, dan kelenjar ludah
(glandula salivales).
a. Gigi
Pada manusia, gigi berfungsi sebagai alat pencernaan
mekanis. Di sini, gigi membantu memecah makanan menjadi
potongan-potongan yang lebih kecil. Hal ini akan membantu
enzim-enzim pencernaan agar dapat mencerna makanan
lebih efisien dan cepat. Selama pertumbuhan dan per-
kembangan, gigi manusia mengalami perubahan, mulai dari
gigi susu dan gigi tetap (permanen). Gigi pertama pada bayi
dimulai saat usia 6 bulan. Gigi pertama ini disebut gigi susu
(dens lakteus). Pada anak berusia 6
tahun, gigi berjumlah 20, dengan susunan sebagai berikut.
1) Gigi seri (dens insisivus), berjumlah 8 buah, berfungsi
memotong makanan.
2) Gigi taring (dens caninus), berjumlah 4 buah, berfungsi
merobek makanan.
3) Gigi geraham kecil (dens premolare), berjumlah 8 buah,
berfungsi mengunyah makanan.
Struktur luar gigi terdiri
atas bagian-bagian berikut.
1) Mahkota gigi (corona) merupakan bagian yang tampak
dari luar.
2) Akar gigi (radix) merupakan bagian gigi yang tertanam
di dalam rahang.
3) Leher gigi (colum) merupakan bagian yang terlindung
oleh gusi.
Adapun penampang gigi dapat diperlihatkan bagian-
bagiannya sebagai berikut.
1) Email (glazur atau enamel) merupakan bagian terluar
gigi. Email merupakan struktur terkeras dari tubuh,
mengandung 97% kalsium dan 3% bahan organik.
2) Tulang gigi (dentin), berada di sebelah dalam email,
tersusun atas zat dentin.
3) Sumsum gigi (pulpa), merupakan bagian yang paling
dalam. Di pulpa terdapat kapiler, arteri, vena, dan saraf.
4) Semen merupakan pelapis bagian dentin yang masuk
ke rahang.
b. Lidah
Lidah dalam sistem pencernaan berfungsi untuk mem-
bantu mencampur dan menelan makanan, mempertahankan
makanan agar berada di antara gigi-gigi atas dan bawah
saat makanan dikunyah serta sebagai alat perasa makanan.
Lidah dapat berfungsi sebagai alat perasa makanan karena
mengandung banyak reseptor pengecap atau perasa. Lidah
tersusun atas otot lurik dan permukaannya dilapisi dengan
lapisan epitelium yang banyak mengandung kelenjar lendir
(mukosa).
c. Kelenjar ludah
Terdapat tiga pasang kelenjar ludah di dalam rongga mulut,
yaitu glandula parotis, glandula submaksilaris, dan glandula
sublingualis atau glandula submandibularis. Amati gambar 6.4
agar Anda mengenali letak ketiga kelenjar ludah tersebut.
Air ludah berperan penting dalam proses perubahan zat
makanan secara kimiawi yang terjadi di dalam mulut. Setelah
makanan dilumatkan secara mekanis oleh gigi, air ludah ber-
peran secara kimiawi dalam proses membasahi dan mem-
buat makanan menjadi lembek agar mudah ditelan. Ludah
terdiri atas air (99%) dan enzim amilase. Enzim ini meng-
uraikan pati dalam makanan menjadi gula sederhana
(glukosa dan maltosa). Makanan yang telah dilumatkan
dengan dikunyah dan dilunakkan di dalam mulut oleh air liur
disebut bolus. Bolus ini diteruskan ke sistem pencernaan
selanjutnya.
2. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan merupakan saluran panjang (± 25 cm) yang
tipis sebagai jalan bolus dari mulut menuju ke lambung. Fungsi
kerongkongan ini sebagai jalan bolus dari mulut menuju lambung.
Bagian dalam kerongkongan senantiasa basah oleh cairan
yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar yang terdapat pada dinding
kerongkongan untuk menjaga agar bolus menjadi basah dan licin.
Keadaan ini akan mempermudah bolus bergerak melalui
kerongkongan menuju ke lambung. Bergeraknya bolus dari mulut
ke lambung melalui kerongkongan disebabkan adanya gerak
peristaltik pada otot dinding kerongkongan.
Gerak peristaltik dapat terjadi karena adanya kontraksi otot
secara bergantian pada lapisan otot yang tersusun secara me-
manjang dan melingkar. Proses gerak bolus di dalam kerongkongan
menuju lambung
Sebelum seseorang mulai makan, bagian belakang mulut (atas)
terbuka sebagai jalannya udara dari hidung. Di kerongkongan,
epiglotis yang seperti gelambir mengendur sehingga udara masuk
ke paru-paru. Ketika makan, makanan dikunyah dan ditelan masuk
ke dalam kerongkongan. Sewaktu makanan bergerak menuju
kerongkongan, langit-langit lunak beserta jaringan mirip gelambir
di bagian belakang mulut (uvula) terangkat ke atas dan menutup
saluran hidung. Sementara itu, sewaktu makanan bergerak ke arah
tutup trakea, epiglotis akan menutup sehingga makanan tidak masuk
trakea dan paru-paru tetapi makanan tetap masuk ke kerongkongan.
3. Lambung
Lambung merupakan saluran pencernaan yang berbentuk
seperti kantung, terletak di bawah sekat rongga badan. Dengan
mengamati Gambar 6.5, Anda dapat mengetahui bahwa lambung
terdiri atas tiga bagian sebagai berikut.
a. Bagian atas disebut kardiak, merupakan bagian yang ber-
batasan dengan esofagus.
b. Bagian tengah disebut fundus, merupakan bagian badan
atau tengah lambung.
c. Bagian bawah disebut pilorus, yang berbatasan dengan
usus halus.
Daerah perbatasan antara lambung dan kerongkongan ter-
dapat otot sfinkter kardiak yang secara refleks akan terbuka bila
ada bolus masuk. Sementara itu, di bagian pilorus terdapat otot
yang disebut sfinkter pilorus. Otot-otot lambung ini dapat ber-
kontraksi seperti halnya otot-otot kerongkongan. Apabila otot-
otot ini berkontraksi, otot-otot tersebut menekan, meremas, dan
mencampur bolus-bolus tersebut menjadi kimus (chyme).
Sementara itu, pencernaan secara kimiawi dibantu oleh
getah lambung. Getah ini dihasilkan oleh kelenjar yang terletak
pada dinding lambung di bawah fundus, sedangkan bagian dalam
dinding lambung menghasilkan lendir yang berfungsi melindungi
dinding lambung dari abrasi asam lambung, dan dapat beregenerasi
bila cidera. Getah lambung ini dapat dihasilkan akibat rangsangan
bolus saat masuk ke lambung. Getah lambung mengandung
bermacam-macam zat kimia, yang sebagian besar terdiri atas
air. Getah lambung juga mengandung HCl/asam lambung dan
enzim-enzim pencernaan seperti renin, pepsinogen, dan lipase.
Asam lambung memiliki beberapa fungsi berikut.
a. Mengaktifkan beberapa enzim yang terdapat dalam getah
lambung, misalnya pepsinogen diubah menjadi pepsin. Enzim
ini aktif memecah protein dalam bolus menjadi proteosa dan
pepton yang mempunyai ukuran molekul lebih kecil.
b. Menetralkan sifat alkali bolus yang datang dari rongga mulut.
c. Mengubah kelarutan garam mineral.
d. Mengasamkan lambung (pH turun 1–3), sehingga dapat
membunuh kuman yang ikut masuk ke lambung bersama
bolus.
e. Mengatur membuka dan menutupnya katup antara lambung
dan usus dua belas jari.
f. Merangsang sekresi getah usus.
Enzim renin dalam getah lambung berfungsi mengendapkan
kasein atau protein susu dari air susu. Lambung dalam suasana
asam dapat merangsang pepsinogen menjadi pepsin. Pepsin
ini berfungsi memecah molekul-molekul protein menjadi molekul-
molekul peptida. Sementara itu, lipase berfungsi mengubah
lemak menjadi asam lemak dan gliserol.
Selanjutnya, kimus akan masuk ke usus halus melalui suatu
sfinkter pilorus yang berukuran kecil. Apabila otot-otot ini
berkontraksi, maka kimus didorong masuk ke usus halus sedikit
demi sedikit.
4. Usus halus
Usus halus merupakan saluran berkelok-kelok yang
panjangnya sekitar 6–8 meter, lebar 25 mm dengan banyak
lipatan yang disebut vili atau jonjot-jonjot usus. Vili ini berfungsi
memperluas permukaan usus halus yang berpengaruh terhadap
proses penyerapan makanan. Lakukan eksperimen berikut untuk
mengetahui pengaruh lipatan terhadap proses penyerapan.
Usus halus terbagi menjadi tiga bagian seperti berikut:
a. duodenum (usus 12 jari), panjangnya ± 25 cm,
b. jejunum (usus kosong), panjangnya ± 7 m,
c. ileum (usus penyerapan), panjangnya ± 1 m.
Kimus yang berasal dari lambung mengandung molekul-
molekul pati yang telah dicernakan di mulut dan lambung,
molekul-molekul protein yang telah dicernakan di lambung,
molekul-molekul lemak yang belum dicernakan serta zat-zat lain.
Selama di usus halus, semua molekul pati dicernakan lebih
sempurna menjadi molekul-molekul glukosa. Sementara itu
molekul-molekul protein dicerna menjadi molekul-molekul asam
amino, dan semua molekul lemak dicerna menjadi molekul
gliserol dan asam lemak.
Pencernaan makanan yang terjadi di usus halus lebih banyak
bersifat kimiawi. Berbagai macam enzim diperlukan untuk
membantu proses pencernaan kimiawi ini.
Hati, pankreas, dan kelenjar-kelenjar yang terdapat di dalam
dinding usus halus mampu menghasilkan getah pencernaan.
Getah ini bercampur dengan kimus di dalam usus halus. Getah
pencernaan yang berperan di usus halus ini berupa cairan
empedu, getah pankreas, dan getah usus.
a. Cairan Empedu
Cairan empedu berwarna kuning kehijauan, 86% berupa
air, dan tidak mengandung enzim. Akan tetapi, mengandung
mucin dan garam empedu yang berperan dalam pencernaan
makanan. Cairan empedu tersusun atas bahan-bahan
berikut.
1) Air, berguna sebagai pelarut utama.
2) Mucin, berguna untuk membasahi dan melicinkan
duodenum agar tidak terjadi iritasi pada dinding usus.
3) Garam empedu, mengandung natrium karbonat yang
mengakibatkan empedu bersifat alkali. Garam empedu
juga berfungsi menurunkan tegangan permukaan lemak
dan air (mengemulsikan lemak).
Cairan ini dihasilkan oleh hati. Perhatikan Gambar 6.9.
Hati merupakan kelenjar pencernaan terbesar dalam tubuh
yang beratnya ± 2 kg. Dalam sistem pencernaan, hati
berfungsi sebagai pembentuk empedu, tempat penimbunan
zat-zat makanan dari darah dan penyerapan unsur besi dari
darah yang telah rusak. Selain itu, hati juga berfungsi
membentuk darah pada janin atau pada keadaan darurat,
pembentukan fibrinogen dan heparin untuk disalurkan ke
peredaran darah serta pengaturan suhu tubuh.
Empedu mengalir dari hati melalui saluran empedu dan
masuk ke usus halus. Dalam proses pencernaan ini, empedu
berperan dalam proses pencernaan lemak, yaitu sebelum
lemak dicernakan, lemak harus bereaksi dengan empedu
terlebih dahulu. Selain itu, cairan empedu berfungsi
menetralkan asam klorida dalam kimus, menghentikan
aktivitas pepsin pada protein, dan merangsang gerak
peristaltik usus.
b. Getah Pankreas
Getah pankreas dihasilkan di dalam organ pankreas.
Pankreas ini berperan sebagai kelenjar eksokrin yang
menghasilkan getah pankreas ke dalam saluran pencernaan
dan sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon
insulin. Hormon ini dikeluarkan oleh sel-sel berbentuk pulau-
pulau yang disebut pulau-pulau langerhans. Insulin ini
berfungsi menjaga gula darah agar tetap normal dan
mencegah diabetes melitus.
Getah pankreas ini dari pankreas mengalir melalui
saluran pankreas masuk ke usus halus. Dalam pankreas
terdapat tiga macam enzim, yaitu lipase yang membantu dalam
pemecahan lemak, tripsin membantu dalam pemecahan pro-
tein, dan amilase membantu dalam pemecahan pati.
c. Getah Usus
Pada dinding usus halus banyak terdapat kelenjar yang
mampu menghasilkan getah usus. Getah usus mengandung
enzim-enzim seperti berikut.
1) Sukrase, berfungsi membantu mempercepat proses pe-
mecahan sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa.
2) Maltase, berfungsi membantu mempercepat proses
pemecahan maltosa menjadi dua molekul glukosa.
3) Laktase, berfungsi membantu mempercepat proses
pemecahan laktosa menjadi glukosa dan galaktosa.
4) Enzim peptidase, berfungsi membantu mempercepat
proses pemecahan peptida menjadi asam amino.
Monosakarida, asam amino, asam lemak, dan gliserol
hasil pencernaan terakhir di usus halus mulai diabsorpsi atau
diserap melalui dinding usus halus terutama di bagian
jejunum dan ileum. Selain itu vitamin dan mineral juga
diserap. Vitamin-vitamin yang larut dalam lemak,
penyerapannya bersama dengan pelarutnya, sedangkan
vitamin yang larut dalam air penyerapannya dilakukan oleh
jonjot usus.
Penyerapan mineral sangat beragam berkaitan dengan
sifat kimia tiap-tiap mineral dan perbedaan struktur bagian-
bagian usus. Sepanjang usus halus sangat efisien dalam
penyerapan Na+, tetapi tidak untuk Cl
–, HCO3
–, dan ion-ion
bivalen. Ion K+
penyerapannya terbatas di jejunum.
Penyerapan Fe++ terjadi di duodenum dan jejunum.
Proses penyerapan di usus halus ini dilakukan oleh villi
(jonjot-jonjot usus). Di dalam villi ini terdapat pembuluh darah,
pembuluh kil (limfa), dan sel goblet. Di sini asam amino dan
glukosa diserap dan diangkut oleh darah menuju hati melalui
sistem vena porta hepatikus, sedangkan asam lemak
bereaksi terlebih dahulu dengan garam empedu membentuk
emulsi lemak. Emulsi lemak bersama gliserol diserap ke
dalam villi. Selanjutnya di dalam villi, asam lemak dilepaskan,
kemudian asam lemak mengikat gliserin dan membentuk
lemak kembali. Lemak yang terbentuk masuk ke tengah villi,
yaitu ke dalam pembuluh kil (limfa).
Melalui pembuluh kil, emulsi lemak menuju vena sedang-
kan garam empedu masuk ke dalam darah menuju hati dan
dibentuk lagi menjadi empedu. Bahan-bahan yang tidak dapat
diserap di usus halus akan didorong menuju usus besar
(kolon).
5. Usus besar
Usus besar atau kolon memiliki panjang ± 1 meter dan terdiri
atas kolon ascendens, kolon transversum, dan kolon descendens.
Di antara intestinum tenue (usus halus) dan intestinum
crassum (usus besar) terdapat sekum (usus buntu).
Pada ujung sekum terdapat tonjolan kecil yang disebut
appendiks (umbai cacing) yang berisi massa sel darah
putih yang berperan dalam imunitas.
Zat-zat sisa di dalam usus besar ini didorong ke
bagian belakang dengan gerakan peristaltik. Zat-zat sisa
ini masih mengandung banyak air dan garam mineral
yang diperlukan oleh tubuh. Air dan garam mineral
kemudian diabsorpsi kembali oleh dinding kolon, yaitu
kolon ascendens. Zat-zat sisa berada dalam usus besar
selama 1 sampai 4 hari. Pada saat itu terjadi proses
pembusukan terhadap zat-zat sisa dengan dibantu
bakteri Escherichia coli, yang mampu membentuk
vitamin K dan B12. Selanjutnya dengan gerakan
peristaltik, zat-zat sisa ini terdorong sedikit demi sedikit
ke saluran akhir dari pencernaan yaitu rektum dan
akhirnya keluar dengan proses defekasi melewati anus.
Defekasi diawali dengan terjadinya penggelembungan bagian
rektum akibat suatu rangsang yang disebut refleks gastrokolik.
Kemudian akibat adanya aktivitas kontraksi rektum dan otot
sfinkter yang berhubungan mengakibatkan terjadinya defekasi.
Di dalam usus besar ini semua proses pencernaan telah selesai
dengan sempurna.
MadeYogi
Jumat, 11 Januari 2013
Minggu, 18 November 2012
INDISCHE PARTAI
A.
Indische Partij (IP)
Indische Partij (IP) didirikan di
Bandung pada tanggal 25 Desember 1912 oleh Dr. Ernest Francois Eugene Douwes
Dekker yang kemudian dikenal sebagai Dr. Danu Dirdjo Setia Budhi, Dr. Cipto
Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat yang kemudian terkenal dengan nama
Ki Hadjar Dewantara. EFE Douwes Dekker sendiri adalah cucu dari adik d Douwes
Dekker penulis buku yang cukup terkenal “Max Haveelar” yang memuat kisah-kisah
penderitaan “Saija dan Adinda” dengan menggunakan nama samaran Multatuli.
Sedangkan Dr. Cipto adalah anak
seorang guru dan pernah dianugerahi bintang jasa “Ridder in de Orde van Oranje
Nassau” oleh Ratu Wilhelmina karena keberaniannya bertugas di Kepajen dekat
kota Malang tatkala berjangkit wabah pes disana. Ia seseorang yang pantang
menyerah dalam menggapai cita-citanya dan terkenal dengan semboyannya
“rawe-rawe rantas, malang-malang putung”. Dan Suwardi Suryaningrat adalah
keturunan bangsawan, cucu dari Sri Paku Alam III. Awalnya bersekolah di STOVIA,
namun tidak selesai dan karena bakat jurnalistiknya ia bersama Douwes Dekker
mengasuh majalah “De Express”.
Menurut anggaran dasarnya, Indische
Partij bermaksud membangun rasa cinta dalam setiap hati orang Hindia terhadap
bangsa dan tanah airnya. Hal ini dilakukan dengan cara menyadarkan masyarakat
dengan menghidupkan kembali harga diri, rasa mampu, dan rasa kebangsaan atau
nasionalisme. Dan dalam hal ini mereka menganjurkan suatu nasionalisme yang
jauh lebih luas dari nasionalisme Boedi Oetomo. Dan cita-cita ini mereka ini
disebarluaskan melalui Harian De Express.
Mengenai siapakah yang dimaksud
dengan orang Hindia itu. Indische Partij berpendapat bahwa orang Hindia itu
tidak hanya bumi putera saja, tetapi Indo-Belanda, Indo-Cina, Indo-Arab dan
orang-orang yang dilahirkan di Hindia atau yang menganggap Hindia sebagai tanah
airnya. Oleh karena itu sejarawan Ricklefs (2006) mengatakan bahwa Indische
Partij yang sebagian besar anggotanya adalah orang-orang Indo-Eropa, merupakan
satu-satunya partai yang lebih banyak berpikir dalam kerangka nasionalisme
(Indonesia) daripada dalam kerangka Islam, Marxisme ataupun ukuran-ukuran suku
bangsa yang sempit.
Pada tahun 1913, ketika Belanda
merayakan seratus tahun kemerdekaannya . Soewardi Soerjaningrat menulis sebuah
artikel dalam Harian De Express (edisi 19 Juli) yang berjudul “Als ik eens
Nerdelander was” (Sekiranya saya menjadi seorang Belanda). Isi tulisan tersebut
kurang lebih sebagai berikut,
“Sekiranya saya seorang Belanda,
maka saya tidak akan merayakan pesta-pesta kemerdekaan di dalam suatu negeri
yang kami sendiri tidak sudi memberikan kemerdekaan negeri itu”
Akibatnya, oleh pemerintah kolonial
Belanda yang waktu itu dipimpin oleh Gubernur Jenderal A.F. van Idenburg,
artikel itu dianggap menghasut dan akhirnya tiga serangkai diasingkan ke negeri
Belanda.
Selama masa pembuangan di Belanda,
bersama Suwardi dan Douwes Dekker, Cipto tetap melancarkan aksi politiknya
dengan melakukan propaganda politik berdasarkan ideologi Indische Partij.
Mereka menerbitkan majalah” De Indier” yang berupaya menyadarkan masyarakat
Belanda dan Indonesia yang berada di Belanda akan situasi di tanah jajahan.
Majalah De Indier menerbitkan artikel yang menyerang kebijaksanaan Pemerintah
Hindia Belanda.
Para tokoh Indiche Partij kemudian
kembali ke Hindia Belanda pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal J.P. Count
of Limburg Stirum (1916-1921). Dr. Cipto sendiri telah kembali pada tahun 1914
karena alasan kesehatan. Setelah kembali, Douwes Dekker bergerak di bidang
pendidikan dengan mendirikan sekolah yang diberi nama “Institut Ksatrian” yang
berpusat di Bandung. Ki Hadjar Dewantara mengikuti jejak Douwes Dekker dengan
mendirikan “Taman Siswa” di Yogyakarta. Sedangkan Dr. Cipto sendiri membuka
praktek dokter di Bandung dan sempat menjadi anggota Volksraad tahun 1918.
Kemudian Indische Partij berubah
namanya menjadi “Insulinde”. Dr. Cipto menjadi anggota pengurus pusat Insulinde
untuk beberapa waktu dan melancarkan propaganda untuk Insulinde, terutama di
daerah pesisir utara pulau Jawa. Selain itu, propaganda Cipto untuk kepentingan
Insulinde dijalankan pula melalui majalah Indsulinde yaitu Goentoer Bergerak,
kemudian surat kabar berbahasa Belanda De Beweging, surat kabar Madjapahit, dan
surat kabar Pahlawan.
Akibat propaganda Dr. Cipto, jumlah
anggota Insulinde pada tahun 1915 yang semula berjumlah 1.000 orang meningkat
menjadi 6.000 orang pada tahun 1917. Jumlah anggota Insulinde mencapai
puncaknya pada Oktober 1919 yang mencapai 40.000 orang. Insulinde di bawah
pengaruh kuat Cipto menjadi partai yang radikal di Hindia Belanda. Pada 9 Juni
1919 Insulinde mengubah nama menjadi Nationaal-Indische Partij (NIP)
Akan tetapi NIP rupanya tidak
mendapat sambutan yang luas di masyarakat bumi putera karena masih banyak
pemuda bumi putera yang takut secara terang-terangan menyatakan kemerdekaannya
dan pihak Indo-Belanda masih ingin mempertahankan hak prerogatifnya sebagai
warga negara kelas satu. Akibatnya banyak orang-orang Indo-Belanda yang keluar
dari NIP dan membentuk partai sendiri yang sesuai dengan kepentingan mereka
sendiri yaitu “Indo-Europeesch Verbong” (IEV).
Indische Partij adalah organisasi
modern ketiga yang berdiri setelah Budi Utomo dan Sarekat Islam (Baca Tulisan
saya sebelumnya). Organisasi ini merupakan organisasi pertama yang secara tegas
menyatakan berpolitik. Dengan demikian Indische Partij adalah partai politik
pertama di Indonesia. Indische Partich ingin menggantikan Indische Bond yang
berdiri pada tahun 1899. Indische Bond adalah organisasi kaum Belanda peranakan
(Indo) dengan pimpinan K. Zaalberg, seorang indo. Tujuan organisasi ini adalah
untuk memperbaiki kaum Indo. Pada masa itu kaum Indo menaruh dendam yang tak
ada hingganya kepada bangsa Belanda dan segala sesuatu yang bercorak Belanda.
Hal ini disebabkan kaum Indo seolah-olah menjadi "golongan yang
dilupakan" oleh bangsa Belanda.
Keistimewaan Indische Partij adalah
usianya yang pendek, tetapi anggaran dasarnya dijadikan program politik pertama
di Indonesia. Organisasi ini didirikan oleh Dr. Ernest Francois Eugene Douwes
Dekker (alias Setyabudi) di Bandung pada tanggal 25 Desember 1912 dan merupakan
organisasi campuran Indo dengan bumi putera. Douwes Dekker ingin melanjutkan
Indische Bond, organisasi campuran Asia dan Eropa yang berdiri sejak tahun
1898. Indische Partij, sebagai organisasi politik semakin bertambah kuat
setelah bekerja sama dengan dr. Tjipto Mangoenkoesoemo dan Suwardi Suryaningrat
(Ki Hajar Dewantara). Ketiga tokoh ini kemudian dikenal dengan sebutan “Tiga
Serangkai”.
E.F.E. Douwes Dekker berpendapat
bahwa hanya melalui kesatuan aksi melawan kolonial, bangsa Indonesia dapat mengubah
sistem yang berlaku, juga keadilan bagi sesama suku bangsa merupakan keharusan
dalam pemerintahan. Pada waktu itu terdapat antitesis antara penjajah dan
terjajah, penguasa dan yang dikuasai. E.F.E. Douwes Dekker berpendapat, setiap
gerakan politik haruslah menjadikan kemerdekaan yang merupakan tujuan akhir.
Pendapatnya itu disalurkan melalui majalah Het Tijdschrift dan surat kabar De
Espres.
Sementara itu, E.F.E. Douwes Dekker
banyak berhubungan dengan para pelajar STOVIA di Jakarta. Karena ia menjadi
redaktur Bataviaasch Nieuwsblad maka tidak mengherankan kalau ia banyak
berkenalan dan memberi kesempatan kepada penulis-penulis muda dalam surat
kabar.
Menurut Suwardi Suryaningrat,
meskipun pendiri Indische Partij adalah orang Indo, tetapi tidak mengenal
supremasi Indo atas bumi putera, bahkan ia menghendaki hilangnya golongan Indo
dengan meleburkan diri dalam masyarakat bumi putera.
Perjuangan untuk menentang perbedaan
sosio-politik inilah yang menjadi dasar tindakan Suwardi Suryaningrat selanjutnya
dengan mendirikan Taman Siswa (1922) dan menentang Undang-Undang Sekolah Liar
(1933). Di sisi lain, dr. Tjipto Mangoenkoesoemo meneruskan perjuangannya yang
radikal, walaupun ia dibuang bersama E.F.E. Douwes Dekker ke Belanda tahun
1913. Pada tahun 1926 ia dibuang lagi ke Banda dan sebelumnya dipenjarakan dua
tahun di Bandung. Sebelum Jepang masuk ia dibebaskan dari penjajah dan pada
tahun 1943 ia meninggal dunia.
Tujuan Indische
Partij
Dalam anggaran dasar Indische Partij
(Pasal 2) dirumuskan tujuan sebagai berikut :
a.
Untuk
membangun patriotisme semua bangsa Hindia kepada tanah air yang telah memberi
lapangan hidup kepadanya.
b.
Menganjurkan
kerjasama atas dasar persamaan ketatanegaraan.
c.
Memajukan
tanah air Hindia.
d.
Mempersiapkan
kehidupan rakyat yang merdeka.
Adapun usaha-usaha untuk mencapai
tujuan itu adalah sebagai berikut :
a.
Memelihara
Nasionalisme Hindia dengan meresapkan cita-cita kesatuan kebangsaan semua
bangsa Hindia, meluaskan pengetahuan umum tentang sejarah kebudayaan Hindia,
menyatupadukan intelek secara bertahap kedalam golongan-golongan bangsa yang
masih hidup bersama dalam keadaan terpisah karena ras dan ras peralihan
masing-masing, menghidpkan kesadaran diri dan kepercayaan terhadap diri sendiri.
b.
Menyingkirkan
kesombongan rasial dan keistimewaan ras, baik dalam bidang ke tatanegaraan
maupun dalam bidang kemasyarakatan, melawan usaha untuk membangkitkan kebencian
agama dan sektarisme yang bisa mengakibatkan bangsa Hindia tidak mengenal satu
sama lain, dan memajukan kerjasama nasional.
c.
Memperkuat
tenaga bangsa Hindia dengan usaha kemajuan terus menerima dari individu kearah
aktivitas yang lebih besar dalam bidang tehnik dan kearah penguasaan diri serta
pola berfikir dalam bidang kesusilaan.
d.
Penghapsan
ketidaksamaan hak kaum Hindia.
e.
Memperkuat
daya pertahanan bangsa Hindia untuk mempertahankan tanah air dari serangan
asing, apabila perlu.
f.
Mengusahakan
unifikasi, perluasan, pendalaman dan Hindianisasi pengajaran, yang di dalam
semua hal harus ditujukan kepada kepentingan ekonomis Hindia, dimana tidak
diperbolehkan adanya perbedaan perlakuan ras, seks atau kasta dan harus
dilaksanakan sampai tingkat setinggi-tingginya yang bisa di capai.
g.
Memperbesar
pengaruh Pro-Hindia ke dalam pemerintahan.
h.
Memperbaiki
keadaan ekonomi bangsa Hindia, terutama dengan memperkuat yang lemah
ekonominya.
Semua usaha-usaha lain yang sah dan
dapat dipergunakan untuk memcapai tujuan tersebut.
Keanggotaan
Keanggotaan Indische Partij terbuka untuk semua
golongan bangsa tanpa membedakan tingkatan kelas, seks atau kasta, golongan
bangsa yang menjadi anggota Indische Partij adalah golongan bumiputera,
golongan Indo, Cina dan Arab.
Keanggotaan Indische PArtij tersebar pada 30 cabang dengan jumlah anggota seluruhnya 7.300 orang, sebagian besar golongan Indo. Sedangkan jumlah anggota golongan bumiputera adalah 1.500 orang, kebanyakan golongan terpelajar. Indische Partij Cabang antara lain adalah Semarang, dengan jumlah anggota 1.300 orang, Surabaya dengan jumlah anggota 850 orang, Bandung dengan jumlah anggota 700 orang, Batavia dengan Jumlah anggota 654 orang.
Jika dibandingkan dengan Budi Utomo dan Sarekat Islam, maka keanggotaan Indische Partij lebih kecil jumlahnya. Mungkin hal ini disebabkan karena adanya perasaan takut untuk memasuki suatu perkumpulan politik. Adanya pasal 111 Regerings-Reglement (RR), yang berbunyi "Bahwa perkumpulan-perkumpulan atau persidangan-persidangan yang membicarakn soal pemerintahan (politik) atau membahayakan keamanan umum dilarang di Hindia Belanda". Pasal ini merupakan tembok penghalang yang sukar ditembus oleh Indische Partij dalam mengembangkan jumlah Anggotanya.
Perjuangan Indische Partij untuk memperoleh Badan Hukm.
Di dalam rapat pendirian Indische
Partij pada tanggal 25 Desember 1912 ditetapkan pula anggaran dasarnya. Kemdian
anggaran dasar itu diberikan kepada pemerintah untuk mendapatkan pengesahan
untuk menjadikan Indische Partij berbadan hukum. Sikap Gubernur jendral
Idenberg terhadap Indische Partij berbeda dengan sikapnya kepada Budi Utomo dan
Sarekat Islam. Sikapnya terhadap Budi Utomo dan Sarekat Islam sangat
berhati-hati, tetapi sikapnya terhadap Indische Partij sangat tegas. Gubernur
Jendral Idenberk menolak anggaran dasar Indische Partij dengan surat keputusan
tanggal 4 Maret 1913. Alas an penolakan disebutkan "Oleh karena
perkumpulan itu berdasar politik dan mengancam hendak merusak keamanan umum,
harus dilarang pendiriannya, menurut pasal 111 RR".
Di dalam rapat tanggal 5 Maret 1913
pucuk pimpinan Indische Partij memutuskan untuk mengubah bunyi pasal 2 tentang
tujuan Indische Partij. Setelah diubah bunyinya menjadi seperti berikut :
a.
Memajukan
kepentingan anggota di dalam segala lapangan, baik jasmani maupun rohani.
b.
Menambah
kesentosaan kehidupan rakyat di Hindia Belanda.
c.
Berdaya
upaya menghilangkan segala rintangan dan Undang-undang Negara yang menghalangi
terciptanya tujuan, dan
d.
Minta
diadakan undang-undang dan ketentuan-ketentuan yang menunjang tercapainya
tujuan.
Pada tanggal 5 Maret 1913 Indische
Partij memajukan lagi untuk kedua kalinya anggaran dasar agar dapat disahkan
oleh pemerintah. Dengan surat keputusan tanggal 11 Maret 1913 Gubernur Jendral
menolak anggaran dasar Indische Partij yang baru. Bunyi penolakan itu adalah
sebagai berikut "Menimbang bahwa perubahan yang diadakan pada pasal 2
anggaran dasar itu, sekali-kali tidak bermaksud merubah dasar dan jiwa
organisasi itu yang sebenarnya, sebagai diterangkan di dalam surat keputusan
tanggal 4 Maret 1913 No.1 maka kenyataan itu adalah jelas daripada keterangan
ketua organisasi, atas pertanyaan Cabang Indramayu yang tertulis di dalam
notulen persidangan tanggal 25 Desember 1912 dan dilampirkan di dalam surat
permohonan pcuk pimpinan Indische Partij tanggal 16 Maret 1913. Berhubung
dengan itu, pemerintah Hindia Belanda tetap menguatkan surat keputusan tanggal
4 Maret 1913".
Walaupun kemdian pucuk pimpinan
Indische Partij beraudiensi kepada Gubernur Jendral Idenburg untuk mengulangi
permohonan badan hukum itu, tetapi pemerintah Hindia Belanda tetap pada
pendiriannya.Dengan adanya penolakan itu berarti Indische Partij menjadi parta
terlarang dan hanya berusia 6 Bulan. Meskipun usianya pendek tetapi semangat
dan jiwa Indische Partij tetap mendapatkan tempat pada para pemimpin pergerakan
saat itu.
Penangkapan dan Pengasingan
Pemerintah kolonial Belanda ingin
merayakan 100 tahun bebasnya negeri Belanda dari jajahan Perancis pada tahun
1813. Negeri Belanda dikuasai Napoleon Bonaparte kaisar Perancis (1805).
Napoleon Bonaparte menempatkan saudaranya, Louis Napoleon menjadi Raja Belanda.
Melalui perang Koalisi VI (1813-1814) Rusia, Inggris, Australia, Spanyol,
Prusia dan Negara-negara Jerman dapat mengalahkan Napoleon Bonaparte dalam
"Pertempuran bangsa-bangsa" di Leipzig tahun 1813. Dengan runtuhnya
kekuasaan Napoleon itu, Belanda menjadi Negara merdeka, sesuai dengan isi
perjanjian Perdamaian Paris I (1814).
Rencana perencanaan 100 tahun
kemerdekaan negeri Belanda di tanah jajahan ini menimbulkan perasaan anti pati
dan penghinaan terhadap rakyat jajahan. Untuk mengimbangi niat pemerintah
kolonial Belanda itu, didirikanlah di Bandung sebuah Komite yang dikenal
sebagai "Komite Boemi Poetra". Tujuan Komite itu adalah :
a.
Mencabut pasal 111 RR.
b.
Membentuk majelis perwakilan rakyat sejati.
c.
Adanya kebebasan berpendapat di tanah jajahan.
Salah satu pemimpin Komite Boemi
Poetra, R.M. Soewardi Soerjaningrat menulis sebuah risalah dengan judul Als Ik
Eens Nederlander Was (Seandainya ak seorang Belanda). Di dalam risalah itu ia
menulis antara lain:
…Seandainya Aku Seorang Belanda, masih belumlah saya
dapat berlaku sekehendak hati saya. Dengan sesungguhnya saya akan
mengharap-harap, semoga peringatan hari kemerdekaan itu, di pesta
seramai-ramainya, tapi saya tidak akan menyukai, jika anak-anak negeri dari
tanah jajahan ini dibawa-bawa larut berpesta. Saya akan melarang mereka turut
bergembira dan bersuka ria di hari-hari keramaian itu, bahkan saya akan meminta
dip agar tempar berpesta, agar tidak ada seorang diantara anak-anak negeri yang
dapat terlihat, secara apa kita beriang-riang dalam memperingati hari
kemerdekaan kita itu.
…..Sejalan
dengan aliran itu, bukan daja tidak adil, tapi terlebih lagi tidak patut, jika
anak-anak negeri disuruh menyumbang uang pula untuk turut membelanjai pesta
itu. Jika mereka itu telah diperhatikan dengan laku mengadakan pesta
kemerdekaan untuk negeri Belanda, sekarang orang bermaksud pula hendak
mengosongkan kantong uangnya. Sesungguhnya, suatu penghinaan lahir dan batin
Tulisan R.M. Soewardi Soerjaningrat
ini mendapat reaksi yang hebat dari pemerintah kolonial Belanda. Terjadilah
pemeriksaan-pemeriksaan yang intensif terhadap Tiga Serangkai oleh Kejaksaan.
Dengan menggunakan "Hak Luar Biasa" (Exorbitante rechten) Gubernur
Jenderal Idenburg mengeluarkan surat keputusan tanggal 18 Agustus 1913 untuk
mengasingkan ketiga pemimpin Komite Boemi Poetra itu. Beberapa tempat ditunjuk
untuk mereka. Kupang untuk Tjipto Mangoenkoesoemo, Banda untuk R.M. Soewardi
Soerjaningrat, dan Bengkulu untuk Douwes Dekker. Disamping itu ditetapkan pula
dalam surat keputusan tanggal 18 Agustus 1913 bahwa mereka bebas berangkat
keluar Hindia Belanda. Mereka bertiga memilih diasingkan di luar negeri, yaitu
ke negeri Belanda. Mereka berangkat ke Negeri pengasingan tanggal 6 September
1913. Hari keberangkatannya ini diproklamasikan sebagai "Hari Raya
Kebangsaan".
Dengan diasingkannya ketiga pimpinan
tersebut, maka secara Organisatoris Indische Partij tidak berperanan lagi di
dalam pergerakan nasional Indonesia. Ternyata, pengasingan Tiga Serangkai ke
negeri Belanda berpengaruh amat kuat pada mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang
belajar disana.
Walaupun usia Indische Partij sangat
pendek, tetapi semangat jiwa dari dr. Tjipto Mangoenkoesoemo dan Suwardi
Suryaningrat sangat besar berpengaruh bagi para pemimpin pergerakan pada waktu
itu, terlebih lagi Indische Partij menunjukan garis politiknya secara jelas dan
tegas serta menginginkan agar rakyat Indonesia dapat menjadi satu kesatuan
penduduk yang multirasial. Tujuan dari partai ini benar-benar revolusioner
karena mau mendobrak kenyataan politik rasial yang dilakukan oleh pemerintah
kolonial.
Meskipun banyak ditinggalkan oleh
anggotanya, sepak terjang tiga serangkai tidaklah surut. Kegiatan-kegiatan
dalam bentuk tulisan dan propaganda yang dilakukan oleh ketiganya
memperjuangkan kemerdekaan dan nasionalisme Hindia tetap merupakan ancaman bagi
pemerintah kolonial, sehingga demikian pada tahun 1921 Nationaal-Indische
Partij (NIP) dibubarkan.
Minggu, 28 Oktober 2012
semua tentang puisi
DFTAR ISI :.
Kata Pengantar.............................................................................................
BAB
1...........................................................................................................
PENDAHULUAN......................................................................................
A.Latar
Belakang................................................................................................
B.Maksud dan
Tujuan........................................................................................
BAB
2.........................................................................................................
PEMBAHASAN........................................................................................
A. Pengertian Puisi ......................................................................
B. Unsur-unsur puisi ....................................................................
C. Ragam dan jenis puisi................................................................
D. Teknik Pembuatan puisi…………………..............................
E. Teknik pembacaan Puisi
………………………………….....
BAB 3 ……………………………………………………………………..
PENUTUP …………………………………………………………………
A.
Kesimpulan.................................................................................
B.Saran.............................................................................................
C. Sumber
Referensi.......................................................................
D. Daftar
Pustaka...........................................................................
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan
kehadirat tuhan yang maha esa atas rahmat dan bimbinganya kami dapat menyusun
Makalah Tentang Puisi ini.
Semoga ringkasan makalah ini
bermanfaat dan dapat dimengerti
BAB.1
PENDAHULUAN :
A.
Latar belakang :
Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan, sebuah kreasi bukan semata
- mata sebuah imitasi (dalam Luxemburg, 1989: 5). Karya sastra sebagai bentuk
dan hasil sebuah pekerjaan kreatif, pada hakikatnya adalah suatu media yang mendayagunakan
bahasa untuk mengungkapkan tentang kehidupan manusia. Oleh sebab itu,
sebuah karya sastra, pada umumnya, berisi tentang permasalahan yang melingkupi
kehidupan manusia. Kemunculan sastra lahir dilatarbelakangi adanya dorongan
dasar manusia untuk mengungkapkan eksistensi dirinya. (dalam Sarjidu, 2004: 2).
Biasanya kesusastraan dibagi menurut
daerah geografis atau bahasa. Jadi, yang termasuk dalam kategori Sastra adalah:
Puisi, Novel cerita/cerpen (tertulis/lisan), syair, pantun, sandiwara/drama,
lukisan/kaligrafi.
B.
Makna dan
tujuan :
Berdasarkan ulasan di atas, maka kami
membuat makalah ini guna membantu para pembaca yang ingin menekuni dunia puisi.
Selain tentang pengertian dan unsur – unsur puisi, makalah ini juga memuat
catatan tentang ragam dan teknik membaca puisi serta dilengkapi juga dengan
panduan untuk membuat puisi agar menarik untuk dibaca.
Demikian gambaran isi makalah ini dari
penulis. Akhir kata, kami ucapkan terima kasih.
Selamat Membaca…!!
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
PUISI
Secara etimologis, kata puisi dalam
bahasa Yunani berasal dari poesis yang artinya berati penciptaan. Dalam bahasa
Inggris, pada kata puisi ini adalah poetry yang erat dengan –poet dan -poem.
Mengenai kata poet, Coulter (dalam Tarigan, 1986:4) menjelaskan bahwa kata poet
berasal dari Yunani yang berarti membuat atau mencipta. Dalam bahasa Yunani
sendiri, kata poet berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang
hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat suka kepada dewa-dewa. Dia adalah
orang yang berpenglihatan tajam, orang suci, yang sekaligus merupakan filsuf,
negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi.
Shahnon Ahmad (dalam Pradopo, 1993:6)
mengumpulkan definisi puisi yang pada umumnya dikemukakan oleh para penyair
romantik Inggris sebagai berikut.
(1) Samuel
Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam
susunan terindah. Penyair memilih kata-kata yang setepatnya dan disusun secara
sebaik-baiknya, misalnya seimbang, simetris, antara satu unsur dengan unsur
lain sangat erat berhubungannya, dan sebagainya.
(2) Carlyle mengatakan bahwa puisi
merupakan pemikiran yang bersifat musikal. Penyair menciptakan puisi itu memikirkan
bunyi-bunyi yang merdu seperti musik dalam puisinya, kata-kata disusun begitu
rupa hingga yang menonjol adalah rangkaian bunyinya yang merdu seperti musik,
yaitu dengan mempergunakan orkestra bunyi.
(3) Wordsworth mempunyai gagasan bahwa
puisi adalah pernyataan perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan
atau diangankan. Adapun Auden mengemukakan bahwa puisi itu lebih merupakan pernyataan perasaan yang bercampur-baur.
(4) Dunton berpendapat bahwa sebenarnya
puisi itu merupakan pemikiran manusia secara konkret dan artistik dalam bahasa
emosional serta berirama. Misalnya, dengan kiasan, dengan citra-citra, dan
disusun secara artistik (misalnya selaras, simetris, pemilihan kata-katanya
tepat, dan sebagainya), dan bahasanya penuh perasaan, serta berirama seperti
musik (pergantian bunyi kata-katanya berturu-turut secara teratur).
(5) Shelley mengemukakan bahwa puisi
adalah rekaman detik-detik yang paling indah dalam hidup. Misalnya saja
peristiwa-peristiwa yang sangat mengesankan dan menimbulkan keharuan yang kuat
seperti kebahagiaan, kegembiraan yang memuncak, percintaan, bahkan kesedihan
karena kematian orang yang sangat dicintai. Semuanya merupakan detik-detik yang
paling indah untuk direkam.
Dari definisi-definisi di atas memang seolah
terdapat perbedaan pemikiran, namun tetap terdapat benang merah. Shahnon Ahmad
(dalam Pradopo, 1993:7) menyimpulkan bahwa pengertian puisi di atas terdapat
garis-garis besar tentang puisi itu sebenarnya. Unsur-unsur itu berupa emosi,
imajinas, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindera, susunan kata, kata
kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur-baur.
B. UNSUR-UNSUR
PUISI
Secara
sederhana, batang tubuh puisi terbentuk dari beberapa unsur, yaitu kata, larik
, bait, bunyi, dan makna. Kelima unsur ini saling mempengaruhi keutuhan sebuah
puisi. Secara singkat bisa diuraikan sebagai berikut.
Kata
adalah unsur utama terbentuknya sebuah puisi. Pemilihan kata (diksi) yang tepat
sangat menentukan kesatuan dan keutuhan unsur-unsur yang lain. Kata-kata yang
dipilih diformulasi menjadi sebuah larik.
Larik
(atau baris) mempunyai pengertian berbeda dengan kalimat dalam prosa. Larik
bisa berupa satu kata saja, bisa frase, bisa pula seperti sebuah kalimat. Pada
puisi lama, jumlah kata dalam sebuah larik biasanya empat buat, tapi pada puisi
baru tak ada batasan.
Bait
merupakan kumpulan larik yang tersusun harmonis. Pada bait inilah biasanya ada
kesatuan makna. Pada puisi lama, jumlah larik dalam sebuah bait biasanya empat
buah, tetapi pada puisi baru tidak dibatasi.
Bunyi
dibentuk oleh rima dan irama. Rima (persajakan) adalah bunyi-bunyi yang
ditimbulkan oleh huruf atau kata-kata dalam larik dan bait. Sedangkan irama
(ritme) adalah pergantian tinggi rendah, panjang pendek, dan keras lembut
ucapan bunyi. Timbulnya irama disebabkan oleh perulangan bunyi secara
berturut-turut dan bervariasi (misalnya karena adanya rima, perulangan kata,
perulangan bait), tekanan-tekanan kata yang bergantian keras lemahnya (karena
sifat-sifat konsonan dan vokal), atau panjang pendek kata. Dari sini dapat
dipahami bahwa rima adalah salah satu unsur pembentuk irama, namun irama tidak
hanya dibentuk oleh rima. Baik rima maupun irama inilah yang menciptakan efek
musikalisasi pada puisi, yang membuat puisi menjadi indah dan enak didengar meskipun
tanpa dilagukan.
Makna
adalah unsur tujuan dari pemilihan kata,pembentukan larik dan bait. Makna bisa menjadi isi
dan pesan dari puisi tersebut. Melalui makna inilah misi penulis puisi
disampaikan.
Adapun
secara lebih detail, unsur-unsur puisi bisa dibedakan menjadi dua struktur,
yaitu struktur batin dan struktur fisik.
Struktur batin puisi,
atau sering pula disebut sebagai hakikat puisi, meliputi hal-hal sebagai
berikut.
(1) Tema/makna (sense); media
puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka
puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna
keseluruhan.
(2) Rasa (feeling), yaitu
sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya.
Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan
psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin,
kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan
psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam
menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyairmemilih
kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak
bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang
terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
(3) Nada (tone), yaitu sikap
penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa.
Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama
dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada
pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.
(4) Amanat/tujuan/maksud
(itention); sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan
puisi. Tujuan tersebut bisa dicari sebelum penyair menciptakan puisi,
maupun dapat ditemui dalam puisinya.
Sedangkan
struktur fisik puisi, atau terkadang disebut pula metode puisi, adalah
sarana-sarana yang digunakan oleh penyair untuk mengungkapkan hakikat puisi. Struktur
fisik puisi meliputi hal-hal sebagai berikut.
(1) Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi
seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan
barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan
diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan
terhadap puisi.
(2) Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh
penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit
kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih
secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna,
keselarasan bunyi, dan urutan kata.
(3) Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat
mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan
perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji
penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat
mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti apa
yang dialami penyair.
(4) Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan
indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan
kiasan atau lambang. Misal kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta,
kehampaan hidup, dll, sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan
tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll.
(5) Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias yang dapat
menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu (Soedjito,
1986:128). Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya
memancarkan banyak makna atau kaya akan makna (Waluyo, 1987:83). Bahasa
figuratif disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara lain metafora,
simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora,
pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto,
totem pro parte, hingga paradoks.
(6) Versifikasi, yaitu menyangkut rima, ritme, dan
metrum. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir
baris puisi. Rima mencakup (1) onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/
yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B.), (2) bentuk intern pola
bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang,
sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya [Waluyo,
187:92]), dan (3) pengulangan kata/ungkapan. Ritma adalah tinggi rendah,
panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Ritma sangat menonjol dalam pembacaan
puisi.
C.
RAGAM DAN JENIS PUISI
1) Berdasarkan
Zaman
Menurut
zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama dan puisi baru.
PUISI LAMA
Ciri-ciri puisi lama:
- Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya.
- Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan.
- Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima.
Yang termasuk puisi lama adalah:
- Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib.
Contoh:
Assalammu’alaikum putri satulung
besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu
- Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka.
Contoh :
Ada pepaya ada mentimun (a)
Ada mangga ada salak (b)
Daripada duduk melamun (a)
Mari kita membaca sajak (b)
Ada mangga ada salak (b)
Daripada duduk melamun (a)
Mari kita membaca sajak (b)
- Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek.
Contoh :
Dahulu parang, sekarang besi (a)
Dahulu sayang sekarang benci (a)
Dahulu sayang sekarang benci (a)
- Seloka adalah pantun berkait.
Contoh :
Lurus jalan ke Payakumbuh,
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati tak kan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan
Lurus jalan ke Payakumbuh,
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati tak kan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan
Kayu jati bertimbal jalan,
Turun angin patahlah dahan
Ibu mati bapak berjalan,
Ke mana untung diserahkan
Turun angin patahlah dahan
Ibu mati bapak berjalan,
Ke mana untung diserahkan
- Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat.
Contoh :
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barang siapa tinggalkan
sembahyang ( b )
Bagai rumah tiada bertiang ( b )
Bagai rumah tiada bertiang ( b )
Jika suami tiada berhati lurus (
c )
Istri pun kelak menjadi kurus ( c )
Istri pun kelak menjadi kurus ( c )
- Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita.
Contoh :
Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
Negeri bernama Pasir Luhur (a)
Tanahnya luas lagi subur (a)
Rakyat teratur hidupnya makmur (a)
Rukun raharja tiada terukur (a)
Tanahnya luas lagi subur (a)
Rakyat teratur hidupnya makmur (a)
Rukun raharja tiada terukur (a)
Raja bernama Darmalaksana (a)
Tampan rupawan elok parasnya (a)
Adil dan jujur penuh wibawa (a)
Gagah perkasa tiada tandingnya (a)
Tampan rupawan elok parasnya (a)
Adil dan jujur penuh wibawa (a)
Gagah perkasa tiada tandingnya (a)
- Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris.
Contoh :
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari isi
Induk semang cari dahulu
Ibu cari sanak pun cari isi
Induk semang cari dahulu
PUISI
BARU
Puisi baru bentuknya lebih bebas
daripada puisi lama, baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.
Menurut isinya, puisi baru dibedakan atas:
- Balada adalah puisi berisi kisah/cerita.
Contoh :
Balada Terbunuhnya Atmo
Karpo
Karya: W.S. Rendra
Dengan kuku-kuku besi kuda
menebah perut bumi
Bulan berkhianat gosok-gosokkan tubuhnya di pucuk-pucuk para
Mengepit kuat-kuat lutut menunggang perampok yang diburu
Surai bau keringat basah, jenawi pun telanjang
Bulan berkhianat gosok-gosokkan tubuhnya di pucuk-pucuk para
Mengepit kuat-kuat lutut menunggang perampok yang diburu
Surai bau keringat basah, jenawi pun telanjang
Segenap warga desa mengepung
hutan itu
Dalam satu pusaran pulang balik Atmo Karpo
Mengutuki bulan betina dan nasibnya yang malang
Berpancaran bunga api, anak panah di bahu kiri
Dalam satu pusaran pulang balik Atmo Karpo
Mengutuki bulan betina dan nasibnya yang malang
Berpancaran bunga api, anak panah di bahu kiri
Satu demi satu yang maju
terhadap darahnya
Penunggang baja dan kuda mengangkat kaki muka.
Penunggang baja dan kuda mengangkat kaki muka.
Nyawamu barang pasar, hai
orang-orang bebal!
Tombakmu pucuk daun dan matiku jauh orang papa.
Majulah Joko Pandan! Di mana ia?
Majulah ia kerna padanya seorang kukandung dosa.
Tombakmu pucuk daun dan matiku jauh orang papa.
Majulah Joko Pandan! Di mana ia?
Majulah ia kerna padanya seorang kukandung dosa.
Anak panah empat arah dan musuh
tiga silang
Atmo Karpo tegak, luka tujuh liang.
Atmo Karpo tegak, luka tujuh liang.
Joko Pandan! Di mana ia!
Hanya padanya seorang kukandung dosa.
Hanya padanya seorang kukandung dosa.
Bedah perutnya atapi masih setan
ia
Menggertak kuda, di tiap ayun menungging kepala
Menggertak kuda, di tiap ayun menungging kepala
Joko Pandan! Di manakah ia!
Hanya padanya seorang kukandung dosa.
Hanya padanya seorang kukandung dosa.
Berberita ringkik kuda muncullah
Joko Pandan
Segala menyibak bagi reapnya kuda hitam
Ridla dada bagi derinya dendam yang tiba.
Pada langkah pertama keduanya sama baja.
Pada langkah ketiga rubuhlah Atmo Karpo
Panas luka-luka, terbuka daging kelopak-kelopak angsoka.
Segala menyibak bagi reapnya kuda hitam
Ridla dada bagi derinya dendam yang tiba.
Pada langkah pertama keduanya sama baja.
Pada langkah ketiga rubuhlah Atmo Karpo
Panas luka-luka, terbuka daging kelopak-kelopak angsoka.
Malam bagai kedok hutan bopeng
oleh luka
Pesta abulan, sorak sorai, anggur darah
Pesta abulan, sorak sorai, anggur darah
Joko Pandan menegak, menjilat
darah di pedang
Ia telah membunuh bapaknya.
Ia telah membunuh bapaknya.
- Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan.
·
Contoh Himne :
Bahkan batu-batu yang keras
dan bisu
Mengagungkan nama-Mu dengan
cara sendiri
Menggeliat derita pada lekuk
dan liku
bawah sayatan khianat dan
dusta.
Dengan hikmat selalu
kupandang patung-Mu
menitikkan darah dari tangan
dan kaki
dari mahkota duri dan
membulan paku
Yang dikarati oleh dosa
manusia.
Tanpa luka-luka yang lebar
terbuka
dunia kehilangan sumber
kasih
Besarlah mereka yang dalam
nestapa
mengenal-Mu tersalib di
datam hati.
(Saini S.K)
- Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa.
·
Contoh Ode :
Generasi Sekarang
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi sekarang di panjang masa
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi sekarang di panjang masa
Menciptakan kemegahan baru
Pantoen keindahan Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Pada zaman dalam dunia
(Asmara Hadi)
Pantoen keindahan Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Pada zaman dalam dunia
(Asmara Hadi)
- Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup.
Contoh:
Hari ini tak ada tempat berdiri
Sikap lamban berarti mati
Siapa yang bergerak, merekalah yang di depan
Yang menunggu sejenak sekalipun pasti tergilas.
(Iqbal)
Hari ini tak ada tempat berdiri
Sikap lamban berarti mati
Siapa yang bergerak, merekalah yang di depan
Yang menunggu sejenak sekalipun pasti tergilas.
(Iqbal)
- Romance adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih.
·
Contoh Romance :
Anakku
Ya, kekasihku……
Engkau datang mengintai hidup,
Engkau datang menunjukkan muka,
Tetapi sekejap matamu kau tutup,
Melihat terang ananda tak suka.
·
Mulut kecil tiada kau buka,
Tangis teriakmu tak diperdengarkan,
Alamat hidup wartakan suka,
Kau diam anakku, kami kau
tinggalkan.
Sedikitpun matamu tak
mengerling,
memandang ibumu sakit berguling,
Air matamu tak bercucuran.
Kau diam, diam kekasihku,
Tak kau katakan barang pesanan,
Akan menghibur duka di dadaku,
Kekasihku, anakku, mengapa diam?
(JE. Tatengkeng)
- Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan.
Contoh Elegi :
Senja Di Pelabuhan Kecil
Ini kali tidak ada yang mencari
cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada
juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
(Chairil Anwar)
- Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik.
Contoh Satire :
Aku bertanya
tetapi
pertanyaan-pertanyaanku
membentur jidad
penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur
dan rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi
di sampingnya,
dan delapan juta kanak-kanak
tanpa pendidikan,
termangu-mangu dl kaki dewi
kesenian.
(W.S. Rendra)
2) Berdasarkan
Sudut Pandang Penulis
Ada bermacam-macam jenis puisi yang ditulis para penyair
Indonesia. Karya sastra tidak bersifat otonom. Dalam memahami makna karya
sastra, kita mengacu pada beberapa hal yang erat hubungannya dengan puisi
tersebut. Dalam pemahaman puisi, hal yang dipandang erat hubungannya adalah
jenis puisi itu sendiri dan sudut pandang penyair. Sebenarnya ada banyak sekali
macam-macam puisi, dan bagaimana penyair dalam menyampaikan inspirasinya, serta
bagaimana menafsirkan makna puisi dengan mudah. Sehingga mudah
mengklasifikasikan, termasuk jenis puisi apakah yang kita ciptakan.
W.H Hudson menyatakan adanya puisi subyektif dan puisi
obyektif (1959:96). Cleanth Brooks menyebut adanya puisi naratif dan puisi
deskriptif (1979:335-356). David Daiches menyebut adanya puisi fisik, platonic,
dan metafisik (1948:145). X.J. Kennedy menyebut adanya puisi konkret dan balada
(1071:116-226). Dalam kumpulan puisi Rendra, kita mengenal judul-judul: balada,
romansa, stanza, serenada, dan sebagainya. Ada juga parable atau alegori.
Sedangkan istilah ode, himne, puisi kamar, dan puisi auditorium juga sering
kita jumpai.
1. Puisi
Naratif, Lirik, dan Deskriptif
Klasifikasi puisi ini berdasarkan cara penyair
mengungkapkan isi atau gagasan yang hendak disampaikan.
a. Puisi
Narataif
Puisi naratif mengungkapkan cerita atau penjelasan
penyair. Ada puisi naratif yang sederhana, ada yang sugestif, dan ada yang
kompleks. Puisi-puisi naratif, misalnya: epik, romansa, balada, dan syair.
Balada adalah puisi yang bercerita tentang
orang-orang perkasa, tokoh pujaan, atau orang-orang yang menjadi pusat
perhatian. Rendra banyak sekali menulis balada tentang orang-orang tersisih,
yang oleh penyairnya disebut "Orang-orang Tercinta". Kumpulan
baladanya yaitu, Balada Orang-orang Tercinta dan Blues Untuk Bonnie.
Romansa adalah jenis puisi cerita yang menggunakan
bahasa romantic berisi kisah percintaan yang berhubungan dengan ksatria, dengan
diselingi perkelahian dan petualangan yang menambah percintaan mereka lebih
mempesonakan. Rendra juga banyak menulis romansa. Salah satu bagian dalam
"Empat Kumpulan Sajak"nya berjudul "Romansa" dan berisi
jenis puisi romansa, yakni kisah percintaan sebelum Rendra menikah. Kirdjomuljo
menulis romansa yang berisi kisah petualangan dengan judul “Romance
Perjalanan". Kisah cinta ini dapat huga berarti cinta tanah kelahiran
seperti puisi-puisi Ramadhan K.H. Priangan “Si Jelita”. Priode 1953-1961 banyak
ditulis jenis romansa ini.
b. Puisi
Lirik
Dalam puisi lirik penyair mengungkapkan aku lirik
atau gagasan pribadinya. Ia tidak bercerita. Jenis puisi lirik misalnya: elegi,
ode, dan serenada.
Elegi adalah Puisi yang mengungkapkan perasaan duka.
Misalnya "Elegi Jakarta" karya Asrul Sani yang mengungkapkan perasaan
duka penyair di kota Jakarta.
Serenada adalah Sajak percintaan yang bisa
dinyanyikan. Kata serenada berarti nyanyian yang tepat dinyanyikan pada waktu
senja. Rendra banyak menciptakan serenada dalam 'Empat Kumpulan Sajak'.
Misalnya Serenada hitam, Serenada Biru, serenade Merah Jambu, serenade ungu,
Serenada Kelabu, dan sebagainya. Warna-warna dibelakang serenada itu
melambangkan sifat nyanyian cinta itu, ada yang bahagia, sedih, kecewa, dan
seterusnya.
Ode adalah Puisi yang berisi pujaan terhadap
seseorang, sesuatu hal, sesuatu keadaan. Yang banyak ditulis adalah pemujaan
terhadap tokoh-tokoh yang dikagumi. “Teratai” Sanusi Pane, “Diponegoro” Chairil
Anwar, dan “Ode Buat Proklamator” Leon Agusta merupakan contoh ode yang bagus.
c. Puisi
Deskriptif.
Didepan telah dinyatakan bahwa dalam puisi
deskriptif, penyair bertindak sebagai pemberi kesan terhadap keadaan /
peristiwa, benda, atau suasana dipandang menarik perhatian penyair. Jenis puisi
yang dapat diklasifikasikan dalam puisi deskriptif, misalnya puisi satire,
kritik sosial, dan puisi-puisi impresionitik.
1. Satire
adalah Puisi yang mengungkapkan perasaan tidak puas penyair terhadap suatu
keadaan, namun dengan cara menyindir atau menyatakan keadaan sebaliknya.
2. Kritik
Sosial adalah Puisi yang juga menyatakan ketidak senangan terhadap keadaan tau
terhadap diri seseorang, namun dengan cara membeberkan kepincangan atau ketidak
beresan keadaan / orang tersebut.
Impresionistik adalah Puisi yang mengungkapkan kesan
(impresi) penyair terhadap suatu hal.
1. Puisi
Kamar dan Puisi Auditorium
Istilah puisi kamar dan puisi auditorium juga kita
jumpai dalam buku kumpulan puisi ‘Hukla’ karya Leon Agusta. Puisi-puisi
auditorium disebut juga puisi Hukla (puisi yang mementingkan suara atau
serangakaian suara).
·
Puisi Kamar ialah Puisi
yang cocok dibaca sendirian atau dengan satu atau dua pendengar saja di dalam
kamar.
·
Puisi Auditorium adalah
Puisi yang cocok dibaca di auditorium, di mimbar yang jumlah pendengarnya dapat
ratusan orang.
Sajak-sajak Leon Agusta banyak yang dimaksudkan
untuk sajak auditorium. Puisi-puisi Rendra kebanyakan adalah puisi auditorium
yang baru memperlihatkan keindahannya setelah suaranya terdengar lewat
pembacaan yang keras. Puisi auditorium disebut juga puisi oral karena cocok
untuk dioralkan.
2. .Puisi Fisikal,
Platonik, dan Metafisikal
Pembagian puisi oleh David Daiches ini berdasarkan
sifat dari isi yang dikemukakan dalam puisi itu.
·
Puisi Fisikal adalah
Puisi bersifat realistis, artinya menggambarkan kenyataan apa adanya. Yang
dilukiskan adalah kenyataan dan bukan gagasan. Hal-hal yang didengar, dilihat,
atau dirasakan merupakan obyek ciptaannya. Puisi-puisi naratif, balada,
impresionistis, juga puisi dramatis biasanya merupakan puisi fisikal.
·
Puisi Platonik adalah
Puisi yang sepenuhnya berisi hal-hal yang bersifat spiritual atau kejiwaan.
Dapat dibandingkan dengan istilah 'Cinta Platonis' yang berarti cinta tanpa
nafsu jasmaniah. Puisi-puisi ide atau cita-cita, religius, ungkapan cinta luhur
seorang kekasih atau orang tua kepada anaknya dapat dimasukkan ke dalam
klasifikasi puisi platonik.
·
Puisi Metafisikal
adalah Puisi yang bersifat filosofis dan mengajak pembaca merenungkan kehidupan
dan merenungkan Tuhan. Puisi religius disatu pihak dapat dinyatakan puisi
platonic (menggambarkan ide atau gagasan penyair), dilain pihak dapat disebut
sebagai puisi metafisik (menagjak pembaca merenungkan hidup, kehidupan, dan
Tuhan), karya-karya mistik Hamzah Fansuri seperti Syair Dagang, Syair Perahu,
dan Syair Si Burung Pingai dapat dipandang sebagai puisi metafisikal.
Kasidah-kasidah “Al-Barzanji” karya Ja'far Al-Barzanji dan tasawuf karya
Jalaludin Rumi dapat diklasifikasikan sebagai puisi metafisikal.
3. Puisi
Subyektif dan Puisi Obyektif
·
Puisi Subyektif disebut juga
Puisi Personal, yakni puisi yang mengungkapkan gagasan, pikiran, perasaan, dan
suasana dalam diri penyair sendiri. Puisi-puisi yang ditulis kaum ekspresionis
dapat diklasifikasikan sebagai puisi subyektif, karena mengungkapkan keadaan
jiwa penyair sendiri. Demikian pula puisi lirik dimana aku lirik bicara kepada
pembaca.
·
Puisi Obyektif berarti Puisi
yang mengungkapkan hal-hal diluar diri penyair itu sendiri. Puisi obyektif
disebut juga puisi impersonal. Puisi naratif dan deskriptif kebanyakan adalah
puisi obyektif, meskipun juga
ada beberapa yang subyektif.
4. Puisi
Konkret
Puisi konkret sangat terkenal dalam dunia perpuisian
Indonesia sejak tahun 1770-an. X.J.Kennedy memberikan nama jenis puisi tertentu
dengan nama puisi konkret, yakni puisi yang bersifat visual, yang dapat
dihayati keindahan bentuk dari sudut pandang (poem for the eye). Kita mengenal
adanya bentuk grafis dari puisi, kaligrafi, ideogramatik, atau puisi-puisi
Sutardji Calzoum Bachri yang menunjukkan pengimajian lewat bentuk grafis. Dalam
puisi konkret ini, tanda baca dan huruf-huruf sangat potensial membentuk
gambar. Gambar wujud fisik yang 'kasat mata' lebih dipentingkan dari pada makna
yang ingin disampaikan.
5. Puisi
Diafan, Gelap, dan Prismatis.
Puisi Diafan atau puisi polos adalah puisi yang
kurang sekali menggunakan pengimajian, kata konkret dan bahasa figurative,
sehingga puisinya mirip dengan bahasa sehari-hari. Puisi yang demikian akan
sangat muda dihayati maknanya. Puisi-puisi anak-anak atau puisi karya mereka
yang baru belajar menulis puisi dapat diklasifikasikan puisi diafan. Mereka
belum mampu mengharmoniskan bentuk fisik untuk mengungkapkan makna. Dengan demikian
penyair tersebut tidak memiliki kepekaan yang tepat dalam takarannya untuk
lambang, kiasan, majas, dan sebagainya. Jika puisi terlalu banyak majas, maka
puisi itu menjadi gelap dan sukar ditafsirkan. Sebaliknya jika puisi itu kering
akan majas dan versifikasi, maka itu akan menjadi puisi yang bersifat prosaic
dan terlalu cerlang sehingga diklasifikasikan sebagai puisi diafan.
Dalam puisi prismatis penyair mampu menyelaraskan
kemampuan menciptakan majas, versifikasi, diksi, dan pengimajian sedemikian rupa
sehingga pembaca tidak terlalu mudah menafsirkan makna puisinya, namun tidak
terlalu gelap. Pembaca tetap dapat menelusuri makna puisi itu. Namun makna itu
bagaikan sinar yang keluar dari prisma. Ada bermacam-macam makna yang muncul
karena memang bahasa puisi bersifat multi interpretable. Puisi prismatis kaya
akan makna, namun tidak gelap. Makna yang aneka ragam itu dapat ditelusuri
pembaca. Jika pembaca mempunyai latar belakang pengetahuan tentang penyair dan
kenyataan sejarah, maka pembaca akan lebih cepat dan tepat menafsirkan makna
puisi tersebut.
Penyair-penyair seperti Amir Hamzah dan Chairil
Anwar dapat menciptakan puisi-puisi prismatis. Namun belum tentu semua puisi
yang dihasilkan bersifat prismatis. Hanya dalam suasana mood seorang penyair
besar mampu menciptakan puisi prismatis. Jika puisi itu diciptakan tanpa
kekuatan pengucapan, maka niscaya tidak akan dapat dihasilkan puisi prismatis.
Puisi-puisi dari orang yang baru belajar menjadi penyair biasanya adalah puisi
diafan. Namun kadang-kadang juga kita jumpai puisi gelap.
6. Puisi
Pernasian, dan Puisi Inspirati.
·
Pernasian adalah
sekelompok penyair Prancis pada pertengahan akhir abad 19 yang menunjukkan
sifat puisi-puisi yang mengandung nilai keilmuan. Puisi pernasian diciptakan
dengan pertimbangan ilmu atau pengetahuan dan bukan didasari oleh inspirasi
karena adanya mood dalam jiwa penyair. Puisi-puisi yang ditulis oleh ilmuwan
yang kebetulan mampu menulis puisi, kebanyakan adalah puisi pernasian.
Puisi-puisi Rendra dalam “Potret Pembangunan” dalam puisi yang banyak berlatar
belakang teori ekonomi dan sosiologi dapat diklasifikasikan sebagai puisi
pernasian. Demikian
juga puisi-puisi Dr. Ir. Jujun S. Suriasumantri yang sarat dengan pertimbangan
keilmuan.
·
Puisi Inspiratif
diciptakan berdasarkan mood atau passion. Penyair benar-benar masuk ke dalam
suasana yang hendak dilukiskan. Suasana batin penyair benar-benar terlibat
kedalam puisi itu. Dengan mood, puisi yang diciptakan akan memiliki tenaga
gaib, sekali baca habis. Pembaca memerlukan waktu cukup untuk menafsirkan puisi
prosaic seperti karya penyair-penyair tahun 1970-an.
7. Stansa
Jenis puisi yang bernama stansa kita jumpai dalam
Empat Kumpulan Sajak karya Rendra. Stanza artinya puisi yang tediri atas 8
baris. Stanza berbeda dengan oktaf karena oktaf dapat terdiri atas 16 atau 24
baris. Aturan pembarisan dalam oktaf adalah 8 baris untuk tiap bait, sedangkan
dalam setanza seluruh puisi itu hanya terdiri atas 8 baris.
8. Puisi
Demonstrasi dan Pamflet
Puisi demonstrasi menyaran pada puisi-puisi Taufiq Ismail dan
mereka yang oleh Jassin disebut angkatan 66. puisi ini melukiskan dan merupakan
hasil refleksi demonstrasi para maha siswa dan pelajar sekitar tahun 1966.
Menurut subagio Sastrowardoyo, puisi-puisi demonstrasi 1966 bersifat
ke-kita-an, artinya melukiskan perasaan kelompok, bukan perasaan individu.
Puisi-puisi mereka adalah endapan dari pengalaman fisik, mental, dan emosional
selama penyair terlibat dalam demonstrasi 1966. gaya paradoks dan ironi banyak
kita jumpai. Sementara itu, kata-kata yang membakar semangat kelompok banyak
dipergunakan, seperti kebenaran, kamanusiaan, tirani, kebatilan, dan
sebagainya.
Seperti halnya puisi pamflet, puisi-puisi
demonstrasi merupakan ungkapan sepihak, sehingga kebenaran sulit ditrima secara
obyektif. Pihak yang dibela diberikan tempat dan kedudukan yang terhormat dan
serba benar, sedang pihak yang dikritik dilukiskan berada dalam posisi yang
kurang simpatik.
Puisi pamflet juga mengungkapkan protes social.
Disebut puisi pamflet karena bahasanya adalah bahasa pamflet. Kata-katanya
mengungkapkan rasa tidak puas kepada keadaan. Munculnya kata-kata yang berisi
protes secara spontan tanpa proses pemikiran atau perenungan yang mendalam.
Istilah-istilah gagah membela kelompoknya disertai dengan istilah tidak
simpatik yang memojokkan pihak yang dikritik. Seperti halnya puisi demonstrasi,
bahasa pusi pamflet juga bersifat prosaic.
Rendra adalah tokoh puisi pamflet. Didepan telah
diberikan salah satu contoh puisi pamflet Rendra yang berjudul "Sajak
Burung Kondor". Kata-kata cukong, dan kondom dinyatakan bersam dengan
kata-kata penderitaan, kelaparan, dan kesengsaraan rakyat kecil yang dibela.
Dalam pusi-puisi pamflet banyak kita jumpai kata-kata tabu yang diungkapkan
penyair untuk menunjukkan kedongkolan hati penyair kepada pihak yang dikritik
atau terhadap keadaan yang tidak memuaskan dirinya.
Puisi pamflet Rendra kehilangan makna konotatif,
suatu kehebatan Rendra dalam menciptakan puisi pada tahun 50-an. Kata-kata
kasar, ungkapan-ungkapan langsung ke sasaran, dan hiperbola yang bertujuan
memojokkan pihak yang dikritik banyak kita jumpai dalam puisi-puisi pamflet
Rendra. Puisi-puisi pamflet Rendra ini mengingatkan kita akan puisi-puisi
Jerman pada awal industrialisasi di sana. Puisi-puisi pamflet Rendra kebetulan
merupakan reaksi terhadap industrialisasi yang berkembang pesat sekitar tahun
1974 (seperti halnya puisi pamflet Jerman
9. .Alegori
Puisi sering-sering mengungkapakan cerita yang
isinya dimaksudkan untuk memberikan nasihat tentang budi pekerti dan agama.
Jenis alegori yang terkenal adalah parable yang juga disebut dongeng
perumpamaan. Dalam kitab suci banyak kita jumpai dongeng-dongeng perumpamaan
yang maknanya dapat kita cari dibalik yang tersurat. Puisi "Teratai"
karya Sanusi Pane boleh dikatakn sebagai puisi alegori, karena kisah bunga
teratai itu digunakan untuk mengisahkan tokoh pendidikan. Kisah tokoh
pendidikan yang dilukiskan sebagai teratai itu digunakan untuk memberi nasihat
kepada generasi muda agar mencontoh teladan 'teratai' itu. Cerita berbingkai
seperti Panca Tantra, 1001 Malam, Bayan Budiman dan Hikayat Bachtiar juga dapat
diklasifikasikan sebagai parable.
D. Teknik
Pembuatan Puisi
Sampai
saat ini, barangkali berjuta puisi telah dituliskan, baik yang dipublikasikan
di buku, di koran, di internet, maupun yang masih tetap mengendap di tangan
penulis atau bahkan sudah hilang, entah ke mana rimbanya.
Berbagai
ragam tema bahasan juga pernah diungkapkan lewat puisi, mulai dari kehidupan
sehari-hari, budaya, sains, politik dan tentu saja tentang cinta yang banyak
sekali ditemukan, khususnya puisi yang dituliskan oleh kaum remaja.
Tentu,
puisi-puisi ini dilahirkan dari berbagai macam proses kelahiran. Sebenarnya,
jika dicermati, menurut pengalaman, puisi itu merupakan ungkapan kata bermakna
yang dihasilkan dari berbagai macam proses kelahiran masing-masing.
Proses kelahiran ini
ada beberapa tahap, antara lain :
1.
TAHAP MENGUNGKAPKAN FAKTA DIRI
Puisi
pada tahap ini, biasanya lahir berdasarkan observasi pada sekitar diri sendiri,
terutama pada faktor fisik. Misalnya pada saat berkaca.
2.
TAHAP MENGUNGKAPKAN RASA DIRI
Pada
tahap ini akan lahir puisi yang mampu mengungkapkan rasa atau perasaan diri
sendiri atas obyek yang bersinggungan atau berinteraksi. Perasaan yang terungkap
bisa berupa sedih, senang, benci, cinta, patah hati, dan lain-lain, misalnya
tatkala melihat meja, akan bisa lahir sebuah puisi
3.
TAHAP MENGUNGKAPKAN FAKTA OBYEK LAIN
Pada
tahap ini puisi dilahirkan berdasarkan fakta-fakta di luar diri dan dituliskan
begitu saja apa adanya, tanpa tambahan kata bersayap atau metafora, misalnya
tatkala melihat meja, kemudian muncul gagasan untuk menulis puisi.
4.
TAHAP MENGUNGKAPKAN RASA OBYEK LAIN
Pada
tahap ini penulis puisi mencoba berusaha mengungkapkan perasaan suatu obyek,
baik perasaan orang lain maupun benda-benda di sekitarnya yang seolah-olah
menjelma menjadi manusia. Misalnya tatkala melihat orang muda bersandar di
bawah pohon rindang, dapat sebuah terlahir puisi.
5.
TAHAP MENGUNGKAPKAN KEHADIRAN YANG BELUM
HADIR
Pada
tahap ini puisi sudah merupakan hasil kristalisasi yang sangat mendalam atas
segala fakta, rasa dan analisa menuju jangkauan yang bersifat lintas ruang dan
waktu, menuju kejadian di masa depan. Mengungkapkan Kehadiran yang belum hadir
artinya melalui media puisi, puisi dipandang mampu untuk menyampaikan gagasan
dalam menghadirkan yang belum hadir, yaitu sesuatu hal yang pengungkapannya
hanya bisa melalui puisi, tidak dengan yang lain. Misalnya cita-cita anak
manusia, budaya dan gaya hidup masyarakat di masa depan, dan lain-lain. Salah
satu contoh yang menarik adalah lahirnya puisi paling tegas dari para pemuda
Indonesia, tanggal 28 Oktober 1928 di Jakarta, atas prakarsa Perhimpunan
Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI), dalam Sumpah Pemuda.
Saat
Sumpah pemuda yang berbentuk puisi ini diikrarkan, bangsa Indonesia masih
tersekat-sekat dalam kebanggaan masing-masing suku, ras dan bahasa serta masih
dijajah oleh kolonial Belanda. Melalui Puisi Sumpah Pemuda, lambat laun terjadi
pencerahan pada seluruh komponen bangsa akan pentingnya persatuan, sehingga
jiwa persatuan itu sanggup dihadirkan di dalam setiap individu bangsa
Indonesia, meskipun kemerdekaan dan persatuan belum terwujud. Dan menunggu
sampai dengan di raihnya kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945.
E. Teknik Pembacaan Puisi
Bagaimana kita
membaca puisi dengan baik dan sampai sasaran/tujuan makna dari puisi yang kita
baca sesuai maksud Sang Penyair? Ada beberapa tahapan yang harus di perhatikan
oleh sang pembaca puisi, antara lain:
A. Interpretasi (penafsiran/pemahaman makna puisi)
Dalam
proses ini diperlukan ketajaman visi dan emosi dalam menafsirkan dan membedah
isi puisi. Memahami isi puisi adalah upaya awal yang harus dilakukan oleh
pembaca puisi, untuk mengungkap makna yang tersimpan dan tersirat dari untaian
kata yang tersurat.
B.
Vocal (Artikulasi)
Pengucapan kata yang utuh dan jelas, bahkan di setiap hurufnya.
Pengucapan kata yang utuh dan jelas, bahkan di setiap hurufnya.
C.
Diksi
Pengucapan kata demi kata dengan tekanan yang bervariasi dan rasa.
Pengucapan kata demi kata dengan tekanan yang bervariasi dan rasa.
D.
Tempo
Cepat lambatnya pengucapan (suara). Kita harus pandai mengatur dan menyesuaikan dengan kekuatan nafas. Di mana harus ada jeda, di mana kita harus menyambung atau mencuri nafas.
Cepat lambatnya pengucapan (suara). Kita harus pandai mengatur dan menyesuaikan dengan kekuatan nafas. Di mana harus ada jeda, di mana kita harus menyambung atau mencuri nafas.
E.
Dinamika
Lemah kerasnya suara (setidaknya harus sampai pada penonton, terutama pada saat lomba membaca puisi). Kita ciptakan suatu dinamika yang prima dengan mengatur rima dan irama, naik turunnya volume dan keras lembutnya diksi, dan yang penting menjaga harmoni di saat naik turunnya nada suara.
Lemah kerasnya suara (setidaknya harus sampai pada penonton, terutama pada saat lomba membaca puisi). Kita ciptakan suatu dinamika yang prima dengan mengatur rima dan irama, naik turunnya volume dan keras lembutnya diksi, dan yang penting menjaga harmoni di saat naik turunnya nada suara.
F.
Modulasi
Mengubah (perubahan) suara dalam membaca puisi.
Mengubah (perubahan) suara dalam membaca puisi.
G.
Intonasi
Tekanan dan laju kalimat.
Tekanan dan laju kalimat.
H.
Jeda
Pemenggalan sebuah kalimat dalam puisi.
Pemenggalan sebuah kalimat dalam puisi.
I.
Pernafasan.
Biasanya, dalam membaca puisi yang digunakan adalah pernafasan perut.
Biasanya, dalam membaca puisi yang digunakan adalah pernafasan perut.
J.
Penampilan
Salah satu factor
keberhasilan seseorang membaca puisi adalah kepribadian atau performance diatas
pentas. Usahakan terkesan tenang, tak gelisah, tak gugup, berwibawa dan meyakinkan
(tidak demam panggung)
K.Gerak
Gerakan seseorang membaca puisi harus dapat mendukung isi dari puisi yang dibaca. Gerak tubuh atau tangan jangan sampai klise.
Gerakan seseorang membaca puisi harus dapat mendukung isi dari puisi yang dibaca. Gerak tubuh atau tangan jangan sampai klise.
L.Komunikasi
Pada saat kita membaca puisi harus bias memberikan sentuhan, bahkan menggetarkan perasaan dan jiwa penonton.
Pada saat kita membaca puisi harus bias memberikan sentuhan, bahkan menggetarkan perasaan dan jiwa penonton.
M.Ekspresi
Tampakkan hasil pemahaman, penghayatan dan segala aspek di atas dengan ekspresi yang pas dan wajar.
Tampakkan hasil pemahaman, penghayatan dan segala aspek di atas dengan ekspresi yang pas dan wajar.
N.Konsentrasi
Pemusatan pikiran terhadap isi puisi yang akan kita baca.
Pemusatan pikiran terhadap isi puisi yang akan kita baca.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
-
Secara
etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis yang artinya
berati penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah poetry
yang erat dengan –poet dan -poem. Mengenai kata poet, Coulter (dalam Tarigan,
1986:4) menjelaskan bahwa kata poet berasal dari Yunani yang berarti membuat
atau mencipta.
-
Membaca puisi bukan sekedar
menyampaikan arus pemikiran penyair, tapi kita juga harus menghadirkan jiwa
sang penyair. Kita harus menyelami dan memahami proses kreatif sang penyair,
bagaimana ia dapat melahirkan karya puisi.
-
Teknik Pembacaan Puisi.
- Interpretasi (penafsiran/pemahaman makna puisi)
- Vocal
- Diksi
- Tempo
- Dinamika
- Modulasi
- Intonasi
- Jeda
- Pernafasan.
- Penampilan
- Gerak
- Komunikasi
- Ekspresi
- Konsentrasi
B. Saran
·
Hendaknya pihak sekolah
memberikan bimbingan (kurikulum) kepada siswa yang memiliki potensial di bidang
bahasa indonesia.
·
Hendaknya pihak sekolah mengadakan
lomba karya tulis, agar para penuis puisi akan lebih kompetitif.
C.SUMBER
REFERENSI :
D.DAFTAR PUSTAKA :
Indrawan
made yogi.2012.makalah puisi.Mataram:SMAN 8 Mataram
Langganan:
Postingan (Atom)